laman

Minggu, 05 Agustus 2012

Suka dan Duka Jalan-jalan di Bulan Puasa



Suka dan duka emang selalu ada, itulah yang namanya kehidupan. Meskipun rencana sudah dirancang sedemikian hingga, masih saja ada hal yang tidak terduga. Pengalaman jalan-jalan ke lombok timur kemaren saja, padahal algoritma perjalanannya sudah disusun sedemikian, eh ternyata ada aja yang diluar dugaan. Diawali dengan canda tawa di tengah perjalanan, menusuri jalan yang kurang bershabat menuju pantai. Dibantu dengan insting dan keahlian berpetualang, seperti yang ada di pribahasa “malu bertanya sesat di jalan”. Kita pun bertanya-tanya kepada warga sekitar, yang awal rencananya pergi ke tanjung ringgit, ekas dan pantai surga, malah dibuka dengan pengalaman di pantai cemara, maklum ada yang gak bisa cium aroma pantai sedikit saja, pasti mampir dulu, sekedar foto-foto lah buat kenangan, namun foto-fotonya lebih dari setengah jam. 

Setelah dari pantai cemara, kami pun meneruskan perjalanan. Saat itu kami melihat mobil yang menuju arah kami, insting jiwa petualang temanku yang bernama nunit pun timbul, bertanyalah dia kepada sopir mobil tersebut.
“Darimana pak?”, kata nunit
“Dari kaliantan dek”, jawab bapak sopirnya
“Kalo mau ke tanjung ringgit, kemana pak?”, tanya nunit lagi
“Oh, kalo mau ke tanjung ringgit, putar balik dek”, kata bapaknya
Namun, setelah mendengar kalo kita maju terus kita akan ke pantai kaliantan, kita meneruskan perjalanan, ke tanjung ringgitnya kan bisa abis dari kaliantan. Sampainya di pantai kaliantan, “wooow” bagus banget lah pemandangannya, gak nyesel mampir dulu kesini. Kalo dibandingin sama pantai cemara tadi, lebih bagus pantai kaliantan sih menurutku. Setelah foto-foto dengan gaya yang bermacam-macam, kami pun meneruskan perjalanan ke tanjung ringgit. Maklumlah, karena kita emang bukan dari daerah sana, jadinya kita bertanya lagi kemana arah ke tanjung ringgit. Ternyata, jauh juga jalannya, sampe-sampe ada yang tidur, maklum lagi pada puasa. Padahal jalannya membuat isi mobil goyang-goyang, ditambah dengan mataharinya yang musuhan sama awan, lengkap dah tuh.  
Hebat kan kita, bulan puasa pergi berpetualang,...
Sebelum sampe tanjung ringgit, kami tidak sengaja melihat papan yang bertuliskan “pantai tangsi” atau sering disebut pantai pink, karena pasirnya berwarna pink. Namun kami sepakat untuk pergi ke tanjung ringgit terlebih dahulu, nanti waktu balik, baru deh kesana. Seperti biasa, setibanya di tanjung ringgit, kita foto-foto, soalnya pemandangannya indah juga. Ternyata, di sana banyak monyet juga yang berkeliaran. Kalo tuh monyet kita tangkap satu, trus buat bisnis di perempatan lampu merah, bisa kaya gak ya... #ngarep.
Setelah lebih dari setengah jam, kami pun melanjutkan perjalanan ke pantai tangsi, meskipun di luar logaritma perjalanan yang dibuat. Orang-orangnya pada haus akan pantai sih, gak bisa cium bau pantai, langsung mampir. Awalnya aku gak percaya kalo pasirnya itu beneran pink. Dilihat dari jauh, boleh juga pemandangannya, tapi kok pasirnya gak pink.. #hadeeeeh..
Sebenernya pasirnya pink kok, tapi harus diliat dari deket. Karena aku liatnya dari jauh, jadinya gak keliatan pink.
Mantep banget lah emang ini pantai, pertama kali aku ke pantai yang seperti ini, pasirnya lembut, warnanya beda dari yang lain. Kalo gak puasa udah nyemplung nih, soalnya kalo berenang aku gak bisa.
Kalo pergi liburan ke lombok, aku saranin mampir kesini deh.
Perjalanan kami gak sampe situ lho, karena kami punya satu tujuan lagi, pantai surga. Sebelum kesana, kami gak lupa buat solat dulu. Dari namanya sih sepertinya bagus, gak mungkin namanya pantai surga kalo pantainya jelek kan. Setelah sampai di pantai surga, “waaah”, pantainya emang bagus, airnya jernih, jadi kepengen mandi, tapi kan lagi puasa. Foto-foto aja dah, buat kenangan.
Karena udah sore, kami pun bersiap-siap untuk pulang, niatnya sih biar dapet buka puasa di rumah. Sayangnya tidak sesuai harapan, karena mobilnya mogok di tengah jalan, ekspresi yang tadi ceria pun berubah menjadi khawatir. Khawatir di marah sama kakanya, khawatir di marah sama orang tuanya. Ada yang foto-foto, buat kenang-kenangan. Meskipun begitu ujung-ujungnya ada yang ketawa-ketawa, ada yang mau nangis, ada yang berselisih. Tapi untungnya, ada kakaknya rani yang  baik hati menjemput kita. Syukur deh. Perjalanan ini pun kita tutup dengan canda tawa ngeliat ekspresi kepedesan temen-temen yang sedang makan nasi puyung.

Gladiers : bayu, rani, rere, acinunit, giri, aliem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar